Solo yang mengemban predikat sebagai kota pemelihara budaya Jawa terus memperbaiki diri. Meskipun teguh mempertahankan tradisi, namun Solo tidak menutup mata dengan perkembangan jaman. Solo tak hanya menawarkan wisata sejarah kebudayaan Jawa dan kuliner dengan cira rasa yang berkesan, Solo juga merupakan tujuan yang pas untuk wisata pendidikan. Monumen Pers Nasional, atau lebih akrab oleh warga sekitar dengan sebutan Monumen Pers saja biasanya sebatas hanya dijadikan sebagai penan untuk merujuk tempat lain, atau istilahnya ancer-ancer namun benarkah warga Solo sendiri tau apa yang tersimpan di monumen ini selain predikat ‘pers’-nya yang tentu saja erat hubungannya dengan surat kabar dan wartawan.
Memang tidaklah keliru jika sebagian orang mengidentikkan Monumen Pers dengan wartawan serta surat kabar, karena memang koleksi arsip koran yang tersimpan di Museum Pers sendiri mencapai satu juta eksemplar. Namun Monumen Pers Nasional juga menjadi tempat rekaman perjalanan pers nasional dari masa Hindia Belanda hingga reformasi. Museum Pers Nasional didirikan pada tahun 1977 atas prakarsa nama-nama besar di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) seperti Rosihan Anwar dan B.M Diah. Gedung monumen ini dahulu bernama Societet Sasan Soeka yang pembangunannya atas perintah Mangkunegara VII pada tahun 1918. Saat itu pembangunan gedung tersebut diperuntukkan sebagai balai perkumpulan insan pers. Museum yang terletak di Jalan Gajah Mada 59 Surakarta, saat ini museum berada dibawah naungan Kemkominfo.
Hal menarik yang bisa ditemukan di Museum Pers Nasional bukan saja tentang jumlah koleksi surat kabar yang mencapai angka satu juta, namun hal menarik lainnya bahwa semua koleksi koran dari masa kemasa disimpan dengan cara digitalisasi. Sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk mencari informasi dari surat kabar yang sudah lampau. Di museum ini kita juga bisa melihat berbagai peralatan pers jaman dulu, seperti kamera, alat cetak, serta mesin ketik manual. Bagi pengunjung yang memiliki buah hati usia sekolah tak perlu ragu untuk mengenalkan kepada mereka dunia pers sejak dini, karena disalah satu spot museum ini terdapat diorama yang merepresentasikan perjalan pers Indonesia dari masa Hindia Belanda, Pendudukan Jepang hingga masa reformasi. Dengan adanya diorama ini tentunya akan lebih menaril mjnat anak-anak. Museum Pers juga memiliki perpustakaan yang terbuka untuk umum. Ada fakta-fakta unik yang tersimpan sebagai artefak di museum ini, salah satunya tersimpan disana baju seorang jurnalis yang gugur saat menjalankan peliputan di medan perang. Untuk menimba secuil ilmu di museum ini pengunjung tidak dipungut biaya sepeser pun. Pengunjung hanya perlu mengisj buku tamu yang sudah menggunakan digitalisasi.
Sewa mobil murah Solo WisataSolo.ID 0818186285 menyediakan rental mobil di Solo dengan harga terbaik.